Mendengar nama Bayan, tidak asing lagi di pulau seribu masjid Lombok, Nusa Tenggara Barat.
wilayah yang terkenal dengan adat budaya wetu telu/adat daya Lotara, selain wisata alam yang buming diwilayah tersebut, tidak kalah menariknya saat kita mencoba masuk pada tradisi tenunnya.
tenun bayan yang ada adalah pembuatan jenis kain yang biasa dikenal dengan nama Londong Abang, Poleng, Rejasa, Lipak, Jong dan Sapuk. setidaknya lima pakaian adat tersebut adalah inti sari dari tenun yang ada di bayan. selain untuk dipakai masyarakat adat bayan, kain tersebut juga diproduksi untuk dijual sebagai buah tangan para wisatawan yang berkynjung ke lokasi tersebut.
Londong abang, Rejasa dan Sapuk adalah pakaian untuk kaum laki-laki, sementara poleng, Lipak dan jong untuk kaum perempuan. Londong abang adalah kain berwarna merah dengan motif kotak-kotak bergaris warna putih sigunakan sebagai kain oleh laki-laki. rejasa adalah pengikatan kain londong abang di pinggang penggunanya, dalam ritual tertentu pada acara gawe belek seperti di berugak agung rejasa siselendangkan di tangan kiri menandakan itu adalah keturunan bangsawan. Gambaran segikan dikepala dengan bentuk di bagian dwpan dan tigakan dengan tegak lurus menunjukkan alif berarti satu.
untuk kaum perempuan poleng sebagai kainnya dengan Lipak sebagai kemben/penutup dada dan jong sebagai penutup kepala/topi. "jenis, motif dan warna adalah ciri khas bayan yang nenek moyang nenek moyang sejak ratusan tahun silam" tutur Raden Efta menjelaskan saat kami temui.
dari 20 jenis kain yang ada, proses pembuatan yang paling sulit adalah jong, topi kaum perempuan bayan “motif ketupat dan warna yang berbeda menjadi salah satu faktor kesulitannya, dan juga dapat dibuat oleh keturunan tertentu mengingat proses yang cukup rumit, sisamping itu orang yang bisa membuat jong harus menyiapkan 224 kepeng susuk/kepeng bolong sebelum melakukan pembuatan jong tersebut sebagai ritualnya” tutur pak Raden.
Alat yang digunakan adalah jajak/alat sesek, benang adalah benang matak dari kapas dan pewarna alami seperti kulit manggis, kunyit, pace dan tanaman lokal lainnya, namun karena sulitnya bahan baku maayarakat penenun membeli benang yang dijual di toko-toko sesuai warna yang dibutuhkan. yang paling langka dari alat jajak adalah belida karena harus terbuat dari galih bagek/pohon asam atau galih pohon cemara.
sampai saat ini tenun bayan masih eksis kain adat bayan dan untuk melestarikannya dibuat kelompok-kelompok tenun dan regenerasi pada anak-anak mereka dengan mengajarkan tenun pada sekolah dasar yang ada diwilayah tersebut, disamping itu pula, anak SD atau SMP selalu mengisi waktu libur mereka untuk belajar tenun di lokasi-lokasi yang menjadi sentra tenun di Bayan
Sumber | Kelompok Tenun Jajak Bayan